Ancaman yang merajalela melumpuhkan industri penerbangan Tiongkok dalam beberapa bulan terakhir

Dalam dua hari, dua maskapai penerbangan Tiongkok terpaksa meninggalkan penerbangan mereka setelah menerima pesan yang mengancam keselamatan penumpang di dalamnya.

Dalam dua hari, dua maskapai penerbangan Tiongkok terpaksa meninggalkan penerbangan mereka setelah menerima pesan yang mengancam keselamatan penumpang di dalamnya.

Rabu lalu, setelah lepas landas pada pukul 1.30 di Bandara Internasional Ibu Kota Beijing, penerbangan CA981 tujuan New York yang dioperasikan oleh Air China kembali ke bandara pada pukul 8.25.

Air China mengatakan di mikroblognya bahwa mereka menerima informasi tentang ancaman tersebut selama penerbangan dan memutuskan untuk menarik kembali pesawat tersebut, yang membawa lebih dari 300 penumpang, kembali ke ibu kota Tiongkok.

Namun pihak maskapai tidak memberikan rincian mengenai ancaman tersebut.

Juru bicara kepolisian bandara Beijing mengatakan kepada China Daily bahwa informasi tersebut berasal dari Amerika Serikat, namun informasi tersebut bisa saja dipalsukan dan dirilis dari Tiongkok.

Otoritas bandara mengatakan semua penumpang di dalam pesawat, barang bawaan dan bagasi terdaftar serta kargo diperiksa ulang untuk memastikan keselamatan penumpang.

Polisi juga menggeledah kabin penumpang dan kargo pesawat namun tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan seperti yang diklaim dalam pesan tersebut.

“Keselamatan penerbangan terlalu penting. Kami tidak akan mengambil risiko apa pun,” kata wakil manajer umum Air China North America, Yang Rui, seperti dikutip oleh harian itu.

Dia mengatakan maskapai tersebut kemudian mengganti pesawat dan awak kabin dan penerbangan tersebut dijadwalkan ulang dan berangkat sekitar pukul 12.30 Kamis lalu.

“Beberapa penumpang memilih untuk membatalkan perjalanannya, namun sebagian besar dari mereka tetap menaiki pesawat dan melanjutkan perjalanan ke New York,” ujarnya.

Seorang penumpang di dalam pesawat yang bekerja untuk Kementerian Sains dan Teknologi Tiongkok menulis di mikroblognya bahwa insiden tersebut ditangani dengan lancar oleh pihak maskapai.

“Bandara dan polisi melakukan pekerjaan dengan baik. Semua penumpang bekerja sama dan hampir tidak menimbulkan masalah. Kami mendukung penyelidikan,” kata Wang Qiang.

Dia mengatakan dia mengira ada yang tidak beres ketika peta penerbangan elektronik di dalam pesawat menunjukkan bahwa pesawat tersebut sedang menuju kembali ke Beijing.

Namun, dia diberitahu oleh pramugari bahwa itu adalah kesalahan tampilan peta. Air China kemudian menjelaskan bahwa awak kapal tidak mengungkapkan alasan sebenarnya untuk menghindari kepanikan yang tidak perlu.

Air China juga membantah spekulasi di situs media sosial bahwa penerbangan tersebut terbang kembali karena seorang pejabat korup yang berusaha melarikan diri dari negaranya termasuk di antara penumpang pesawat tersebut.

Pada hari Kamis, kejadian serupa terjadi pada Shenzhen Airlines. Perusahaan yang berbasis di Tiongkok selatan itu mengalihkan penerbangannya ZH9706 ke Bandara Internasional Tianhe Wuhan di kota Wuhan di provinsi Hubei.

Pesawat yang membawa 80 penumpang dan awak itu mendarat di bandara pada pukul 11.22. Penerbangan itu seharusnya terbang dari kota Xiangyang di Hubei ke Shenzhen.

Otoritas bandara Wuhan mengatakan di situsnya bahwa para penumpang menginap semalam di Wuhan dan mengambil penerbangan lain B6196, yang khusus dikirim ke bandara, untuk sampai ke Shenzhen keesokan paginya.

Pihak berwenang mengatakan polisi dan staf bandara memeriksa para penumpang dan melakukan pemeriksaan menyeluruh sebanyak dua kali namun tidak menemukan bahan peledak atau produk sembarangan.

Media lokal melaporkan bahwa polisi bandara sedang menyelidiki panggilan ancaman yang dilakukan seseorang segera setelah penerbangan yang terkena dampak lepas landas.

Pada hari Sabtu, China News Services mengutip sumber dari biro keamanan publik Xiangyang yang mengatakan bahwa polisi menangkap seorang pria berusia 29 tahun di Dongguan di provinsi Guangdong.

Investigasi awal menunjukkan bahwa pria tersebut diduga menelepon Shenzhen Airlines dan mengancam akan mengebom pesawat tersebut.

Ancaman bom yang merajalela telah melumpuhkan industri penerbangan sipil Tiongkok dalam beberapa bulan terakhir.

Awal bulan lalu, penerbangan Air China dari Beijing ke Nanchang kembali ke ibu kota setelah seorang penumpang mengklaim ada bom di dalam pesawat. Tapi, ternyata hal itu tidak benar.

Pada bulan April, seorang remaja berusia 19 tahun menghubungi Bandara Internasional Pudong Shanghai dan mengklaim bahwa penerbangan CA406 dari Shanghai ke Chengdu dipasangi bom.

Dia memerintahkan otoritas bandara untuk mengirimkan satu juta yuan (RM480,000) ke rekening banknya atau dia akan meledakkan pesawat tersebut. Dia kemudian ditahan karena menimbulkan kekhawatiran palsu dan menyebarkan rumor.

<

Tentang Penulis

Linda Hohnholz

Pemimpin redaksi untuk eTurboNews berbasis di markas eTN.

Bagikan ke...