Apakah otoritas penerbangan sipil Thailand cukup bertindak melawan krisis?

Ribuan pelancong yang terdampar di Bangkok berjuang untuk pergi ke luar negeri. Namun yang tetap aneh adalah inefisiensi otoritas penerbangan sipil Thailand.

<

Ribuan pelancong yang terdampar di Bangkok berjuang untuk pergi ke luar negeri. Namun yang tetap aneh adalah inefisiensi otoritas penerbangan sipil Thailand.

Pertama, masih menjadi misteri untuk memahami bagaimana Aliansi Rakyat untuk Demokrasi (PAD) mampu merebut kedua bandara Bangkok dan berhasil melumpuhkan pesawat di apron. Seolah keamanan di area terlarang di kedua bandara itu tidak sepenuhnya terjamin.
Blokade sebelumnya pada Agustus 2008 di bandara Phuket, Krabi dan Hat Yai di mana pengunjuk rasa menyita juga terminal bandara jelas tidak menjadi pelajaran bagi Otoritas Bandara Thailand dan biro Penerbangan Sipil Thailand.

Kedua, butuh tiga hari lagi bagi otoritas penerbangan sipil dan kementerian transportasi Thailand untuk mencari solusi dengan membuka bandara lain untuk maskapai berjadwal. Penerbangan pertama lepas landas pada hari Jumat dari bandara militer di U-Tapao, hanya 200 km dari Bangkok, di sekitar Pattaya. Beberapa penerbangan dari Cathay Pacific, AirAsia, Lufthansa telah dipastikan keluar dari gedung terminal kecil U Tapao dengan hotel-hotel di Bangkok yang menyiapkan fasilitas check-in untuk menghindari kemacetan di bandara. U-Tapao dulunya adalah pangkalan militer utama AS selama perang Vietnam. Landasan pacunya yang sepanjang 3,500 m dapat menampung pesawat apa pun dan apronnya dapat menampung hingga 24 pesawat besar.

Tapi U Tapao bukan satu-satunya dalam jarak yang masuk akal ke Bangkok. Sejauh ini, bandara lain di Nakhon Ratchasima (180 km timur Bangkok- landasan pacu 2,100 m dan empat pesawat Boeing 737 berdiri), Khon Kaen (400 km dari Bangkok, landasan pacu 3,050 m; 3 pesawat berdiri untuk ATR dan Boeing 737) atau Surat Thani (550 km tenggara Bangkok; landasan pacu 3,000 m dan parkir untuk 7 pesawat termasuk Airbus A300). Bandara ini dapat mengambil beberapa penerbangan regional dari Singapura, Kuala Lumpur, Vietnam atau Hong Kong. Sejauh ini, belum ada maskapai yang menjajaki peluang ini.

Mulai hari Minggu, lebih banyak penerbangan mulai diprogram dari dan ke U-Tapao termasuk 31 penerbangan dari Thai Airways, AirAsia, Austrian Airlines, Cathay Pacific atau Singapore Airlines telah memprogram beberapa penerbangan ke U-Tapao. Maskapai lain seperti Air France/KLM atau Lufthansa lebih memilih mendarat sekarang di Phuket dan Philippine Airlines memulangkan warga Filipina dari Chiang Mai. Pemerintah mulai memindahkan penumpang yang terdampar. Tunjangan harian sebesar Bht 2,000 diberikan kepada pengunjung asing untuk akomodasi dan makanan mereka dan transfer yang diatur ke bandara yang tidak diduduki.

Sekitar 300,000 pelancong asing sekarang dapat diblokir selama 10 hari lagi, hingga situasi kembali normal. Sebagian besar pakar pariwisata pesimis memperkirakan bahwa pariwisata akan menurun tahun ini dari 14.5 juta menjadi 13 juta dan bisa tenggelam menjadi total enam atau tujuh juta turis asing tahun depan.

Ulang tahun Raja Bhumibol Adulyadej pada 5 Desember bisa menjadi kesempatan untuk akhirnya menemukan masalah krisis paling serius kerajaan dalam beberapa dekade.

APA YANG PERLU DIPERHATIKAN DARI PASAL INI:

  • Previous blockades in August 2008 at Phuket, Krabi and Hat Yai airports where protesters seized also airport terminals did not obviously serve as a lesson to the Airports Authority of Thailand and Thailand's Civil Aviation bureau.
  • First, it remains a mystery to understand how the People's Alliance for Democracy (PAD) was able to seize both Bangkok airports and succeed to immobilize aircraft on the apron.
  • Some flights from Cathay Pacific, AirAsia, Lufthansa have already been assured out of the tiny U Tapao terminal building with hotels in Bangkok setting up check-in facilities to avoid congestion at the airport.

Tentang Penulis

Linda Hohnholz

Pemimpin redaksi untuk eTurboNews berbasis di markas eTN.

Bagikan ke...