Pada tanggal 5 Januari, selama penerbangan dari Portland, Oregon ke California, pesawat Boeing 737 Max 9 yang baru diproduksi mengalami pelepasan tekanan secara tiba-tiba dan kuat pada ketinggian 16,000 kaki ketika penutup pintu lepas dari badan pesawat.
Lindquist, sang pengacara, awalnya mengajukan gugatan pada 16 Januari, mengklaim bahwa penumpang telah menderita kerugian emosional dan fisik, seperti stres berat, kecemasan, trauma, dan gangguan pendengaran. Dalam Pengaduan yang Diubah, Lindquist memasukkan penumpang tambahan dan menuduh Boeing dan Alaska Airlines melakukan tindakan kelalaian lebih lanjut.
Tuduhan baru tersebut mencakup klaim, “ada suara siulan yang berasal dari sekitar penutup pintu pada penerbangan sebelumnya dari pesawat yang bersangkutan. Penumpang memperhatikan suara siulan tersebut dan memberitahukannya kepada pramugari yang dilaporkan memberi tahu pilot atau first officer.”
Tidak diketahui tindakan lebih lanjut yang diambil, “Setelah pilot memeriksa instrumen kokpit, yang konon terbaca normal.”
Lebih lanjut, Lindquist merujuk pada laporan awal dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB), yang menemukan bahwa jika terjadi penurunan tekanan, pintu kokpit dirancang untuk terlepas secara eksplosif. Pilot dan kru tidak diberitahu tentang aspek khusus dari desain pintu ini.
“Guncangan, kebisingan, dan kesulitan komunikasi yang diakibatkannya berkontribusi pada kurangnya komunikasi yang baik antara awak pesawat dan penumpang, sehingga meningkatkan kebingungan dan stres,” menurut gugatan tersebut.
Boeing diduga seharusnya memperbaiki masalah kendali mutu mereka setelah 346 orang tewas dalam kecelakaan Max 8.
“Boeing masih mengambil jalan pintas dalam hal kualitas. Perusahaan mengambil banyak jalan pintas, mereka berputar-putar.”
Laporan NTSB menemukan Boeing mengirimkan pesawat ke Alaska Airlines dengan empat baut penahan hilang, yang mengakibatkan sumbat pintu meledak.
“Pesawat ini adalah bom waktu. Ledakan bisa saja terjadi pada ketinggian jelajah yang bisa menimbulkan bencana besar.”
Hukum Mark Lindquist
Di antara 22 penggugat yang terdaftar dalam gugatan tersebut adalah pasangan dengan seorang bayi, seorang ibu dan putrinya yang berusia 13 tahun, serta seorang anak di bawah umur tanpa pendamping.
Lindquist mengatakan kliennya “menginginkan akuntabilitas. Mereka ingin memastikan hal ini tidak terjadi lagi pada siapa pun.”