BEIJING/BANGKOK (eTN) – Meskipun – atau karena – kenaikan harga tiket pesawat karena naiknya harga di pasar minyak, anak perusahaan penerbangan jarak jauh AirAsia, AirAsia X, terus tumbuh pesat dan masih berharap untuk terus berekspansi ke seluruh dunia. Maskapai ini memiliki armada sebanyak 11 pesawat, naik 3 unit dibandingkan tahun 2010. Armada tersebut terdiri dari 9 Airbus A330 dan 2 Airbus A340. Selama kuartal pertama tahun 2011, maskapai ini mencatatkan 0.64 juta penumpang, naik 56.5% dibandingkan kuartal yang sama tahun 2010. Maskapai ini baru saja menambah 6 rute baru, Mumbai dan Delhi di India, Seoul dan Tokyo-Haneda di Asia Timur Laut, dan Teheran dan Paris-Orly. Untuk yang terakhir, ini merupakan rute Eropa kedua untuk AirAsia X.
Namun menurut Azran Osman Rani, CEO AirAsia X, maskapai tersebut tidak memperkirakan akan ada lebih banyak rute Eropa dalam jangka pendek. “Tentu saja kita harus mempertimbangkan kenaikan harga bahan bakar. Harga minyak yang tinggi membuat penerbangan jarak jauh lebih sulit menghasilkan keuntungan. Dan kami tidak dapat melayani sebagian besar tujuan Eropa dengan Airbus A330 kecuali mungkin Istanbul dan Moskow. Kemungkinan besar kami menunggu sampai kami mendapatkan Airbus A350 baru pada tahun 2016,” jelas Azran Osman Rani. AirAsia X memesan tambahan 35 pesawat kepada pabrikan Airbus, terdiri dari 25 A330 dan 10 A350. Bapak Osman Rani mengaku merasa puas dengan load factor pada rute Paris yang saat ini diterbangi 4 kali dalam seminggu. “Kami memulai dengan faktor muatan 42%, yang merupakan awal yang cukup baik. Dan kini kami mencatat faktor muatan yang lebih tinggi dibandingkan rute kami ke Tokyo dan Seoul. Campuran penumpang juga memuaskan dengan 35% warga Malaysia, 9% dari Australia dan sisanya sebagian besar dari Eropa,” tambahnya. Namun, ia idealnya ingin melihat jumlah wisatawan Malaysia tumbuh hingga 50%.
Maskapai ini saat ini ingin berekspansi ke Tiongkok dan Asia Timur Laut. “Tiongkok masih memiliki potensi yang sangat besar, dan kami melihat pertumbuhan lebih lanjut baik di pasar masuk maupun keluar seiring dengan semakin terbukanya negara ini dan semakin banyak orang Tiongkok yang kini memiliki sumber daya keuangan untuk melakukan perjalanan secara teratur,” katanya. AirAsia X juga melirik rute lain di Asia Timur Laut seperti Pusan di Korea, serta Fukuoka dan Sapporo di Jepang. Maskapai ini tetap lebih berhati-hati terhadap India. “Tentu saja ada potensi yang sangat besar dengan munculnya kelas menengah India. Namun, India menghasilkan sebagian besar lalu lintas satu arah seperti yang kita alami pada rute ke Delhi dan Mumbai,” katanya.
Kesuksesan AirAsia X juga bergantung pada rasa kebersamaan maskapai tersebut. “Kami menepati janji kami dan tidak meninggalkan pasar dalam waktu singkat,” tegas CEO AirAsia X. Contoh terbaiknya adalah dibukanya rute ke Christchurch, meskipun baru-baru ini terjadi gempa bumi. “Kami sangat yakin dengan tujuan itu. Gempa bumi tentu saja merupakan sebuah tantangan. Namun kita secara permanen hidup di masa-masa yang penuh tantangan!” tambah Azran Osman Rani.
Salah satu tantangan yang saat ini dihadapi oleh AirAsia X adalah penolakan pemerintah Malaysia untuk memberikan hak lalu lintas kepada maskapai tersebut ke Sydney. “Kami sudah mendapat persetujuan dari Australia, tapi kami merasa kecewa dengan pemerintah Malaysia. Rute Sydney-Kuala Lumpur merupakan salah satu dari 10 rute terbaik di Asia-Pasifik. Dan fakta bahwa bersaing dengan maskapai penerbangan lain termasuk Malaysia Airlines justru akan menambah jumlah penumpang yang terbang antara Sydney dan KL dibandingkan melakukan kanibalisasi lalu lintas dari maskapai lain. Ini juga merupakan keuntungan bagi Malaysia sebagai tujuan wisata,” kata CEO AirAsia X itu. Ia masih berharap bisa terbang ke Sydney sebelum akhir tahun.