Diplomat Libya bunuh diri di ibu kota Tanzania yang rawan kejahatan

berani
berani
Ditulis oleh Linda Hohnholz

Ketika gelombang kejahatan melanda ibu kota Tanzania, Dar es Salaam di tengah kondisi keamanan yang tidak menentu, seorang diplomat Libya menembak dirinya sendiri minggu ini di kota tersebut.

Ketika gelombang kejahatan melanda ibu kota Tanzania, Dar es Salaam di tengah kondisi keamanan yang tidak menentu, seorang diplomat Libya menembak dirinya sendiri minggu ini di kota tersebut.

Sumber kepolisian dan rumah sakit Tanzania membenarkan kejadian tersebut, dengan mengatakan penjabat Duta Besar Libya untuk Tanzania, Ismail Hussein Nwairat, bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri saat berada di dalam kantor kerjanya di pusat kota Dar es Salaam. Kementerian Luar Negeri Tanzania juga membenarkan kejadian tersebut, dengan mengatakan pemerintah Tanzania sedang berupaya menyelidiki penyebab diplomat tersebut bunuh diri.

Kementerian Luar Negeri mengatakan Ismail Nwairat memblokir dirinya di kantornya dan bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri sebelum staf juniornya berhasil mendobrak pintu, hanya untuk menemukan tubuhnya tergeletak di genangan darah.

Kepala Polisi Metropolis Dar es Salaam Suleiman Kova membenarkan kematian diplomat tersebut, namun menolak berkomentar, dengan mengatakan bahwa masalah tersebut masih baru di kantornya.

Kedutaan Besar Libya di Dar es Salaam dan pemerintah Tanzania sedang menyusun cara untuk memindahkan jenazah diplomat tersebut ke Tripoli untuk dimakamkan.

Ismail Nwairat memulai tugasnya di Tanzania beberapa tahun yang lalu dan termasuk di antara warga Libya yang sangat menentang kepemimpinan mantan pemimpin Libya Muammar Gaddafi.

Menurut jurnalis dan pengamat politik di Dar es Salaam, Nwairat dengan tegas menentang kepemimpinan Gaddafi di masa lalu, dan pada suatu kesempatan, untuk memperingati tiga tahun pembebasan Libya dari Gaddafi, ia dikutip mengatakan bahwa mendiang pemimpin Libya adalah seorang diktator. , penindas, dan pembela pelanggaran hak asasi manusia.

Namun, berbeda dengan komentarnya, Tanzania justru berteman baik dengan mantan pemimpin Libya, Muammar Gaddafi. Di bawah kepemimpinan Gaddafi, Libya menyediakan miliaran dolar AS untuk mendukung Tanzania dalam berbagai program pembangunan politik dan ekonomi dan merupakan salah satu investor terkemuka di Tanzania, termasuk pariwisata.

Mendiang Muammar Gaddafi telah menarik banyak investasi wisata ke Tanzania, di antaranya, Bahari Beach Hotel di pantai Samudera Hindia di Dar es Salaam. Faktanya, terdapat sejumlah investasi Libya di bidang pariwisata dan pertanian yang berhasil dilakukan di Tanzania, meskipun tidak banyak dipublikasikan.

Kematian diplomat Libya ini menambah ketakutan lain di antara penduduk kota ini yang tinggal dan menjalankan bisnisnya karena takut akan penjahat yang tampaknya telah menguasai kota tersebut. Meskipun namanya manis, Dar es Salaam saat ini menjadi salah satu kota berbahaya di Afrika untuk ditinggali dan dikunjungi. Kejahatan adalah hal yang biasa di Dar es Salaam di mana sebagian besar penduduknya hidup dalam ketakutan.

Telah terjadi peningkatan kejahatan dalam beberapa bulan terakhir yang menurut operasi polisi rahasia dapat menakuti calon investor dan wisatawan. Polisi mengatakan para penjahat tersebut memiliki hubungan baik dengan politisi lokal dan pejabat korup dalam sistem pemerintahan Tanzania.

Tanzania kini termasuk di antara negara-negara Afrika dengan tingkat kejahatan tertinggi. Tahun lalu sebuah survei menunjukkan bahwa 40 persen penduduk pernah mengalami kejahatan dan menghadapi kecemasan atas kemungkinan terjadinya kejahatan. Laporan menyebutkan 44 persen warga Tanzania telah diserang secara fisik antara tahun 2011 dan 2012. Selain itu, pelaporan kejahatan di negara ini sangat rendah dengan hanya 42 persen orang yang menjadi korban kejahatan pada tahun 2011 hingga 2012 melaporkan kejadian tersebut ke polisi.

Menurut laporan ini, Dar es Salaam menjadi kota metropolitan paling berbahaya untuk dikunjungi di Afrika Timur dan Selatan karena meningkatnya tingkat kejahatan.

Kemacetan lalu lintas yang panjang, kurangnya informasi wisata dan kantor pendukung di titik masuk utama termasuk terminal bus darat telah memicu kejahatan terhadap pengunjung yang bepergian dengan bus dan kendaraan sewaan.

<

Tentang Penulis

Linda Hohnholz

Pemimpin redaksi untuk eTurboNews berbasis di markas eTN.

Bagikan ke...