Jejak karbon pariwisata global berkembang pesat

0a1-40
0a1-40

Sebuah studi baru yang dilakukan oleh para peneliti di University of Sydney menunjukkan bahwa pariwisata global, industri bernilai triliunan dolar, berkontribusi secara signifikan terhadap emisi gas rumah kaca dan jejak karbonnya berkembang pesat.

Pariwisata domestik dan internasional menyumbang delapan persen dari total emisi karbon dioksida (CO2) di seluruh dunia, demikian temuan para peneliti.

Studi tersebut didasarkan pada data dari 189 negara di seluruh dunia. Ini menunjukkan bahwa jejak karbon industri didorong terutama oleh permintaan untuk perjalanan udara yang intensif energi.

"Pariwisata diatur untuk tumbuh lebih cepat daripada banyak sektor ekonomi lainnya," dengan pendapatan yang diproyeksikan membengkak sebesar empat persen setiap tahun hingga 2025, kata penulis utama Arunima Malik, seorang peneliti di sekolah bisnis The University of Sydney.

Industri penerbangan menyumbang dua persen dari semua emisi CO02 yang dihasilkan manusia, dan akan menempati peringkat ke-12 jika itu adalah sebuah negara. Menurut Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), jumlah penumpang udara diperkirakan akan meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 2036 menjadi 7.8 miliar per tahun.

Setengah dari 14 persen total peningkatan emisi akibat pariwisata global terjadi di negara-negara berpenghasilan tinggi dari 2009 hingga 2013, studi tersebut menemukan. Namun, negara-negara berpenghasilan menengah mencatat tingkat pertumbuhan tertinggi pada 17.4 persen per tahun untuk periode tersebut.

Seperti dalam beberapa dekade terakhir, Amerika Serikat adalah satu-satunya penghasil emisi karbon terkait pariwisata terbesar. Jerman, Kanada, dan Inggris juga masuk dalam 10 besar.

China berada di tempat kedua dan India, Meksiko, dan Brasil masing-masing di urutan ke-4, ke-5 dan ke-6.

“Kami melihat pertumbuhan permintaan pariwisata yang sangat cepat dari China dan India selama beberapa tahun terakhir, dan juga memperkirakan tren ini akan berlanjut dalam dekade berikutnya atau lebih,” Ya-Sen Sun, seorang profesor di The University of Queensland Business School di Australia, dan rekan penulis studi tersebut, kepada AFP.

Negara-negara pulau kecil seperti Maladewa, Mauritius, Siprus, dan Seychelles mengalami antara 30 persen dan 80 persen emisi nasional dari pariwisata internasional.

Malik percaya bahwa pariwisata akan tumbuh dengan laju empat persen per tahun, melebihi banyak sektor ekonomi lainnya. Itulah mengapa "sangat penting" untuk membuatnya berkelanjutan, katanya. “Kami merekomendasikan terbang lebih sedikit, jika memungkinkan. Cobalah untuk tetap terikat dengan Bumi untuk mengurangi emisi. "

<

Tentang Penulis

Pemimpin Redaksi Penugasan

Pemimpin redaksi Tugas adalah Oleg Siziakov

Bagikan ke...