Terletak di sepanjang Teluk Thailand, hanya beberapa jam dari Bangkok, Hua Hin tetap menjadi salah satu kota pesisir paling memikat di kerajaan itu—sebuah tempat perlindungan yang memadukan keanggunan abadi dengan kesederhanaan yang tenang. Kunjungan saya baru-baru ini ke Hua Hin, mulai pertengahan Mei, menegaskan kembali alasan saya menyebut tempat ini sebagai "tempat bahagia" saya.
Deburan ombak yang lembut, jalan-jalan pagi di sepanjang garis pantai, dan irama kehidupan tropis yang damai memberikan kontras yang mencolok dengan ketidakpastian dunia saat ini. Dari sudut pandang saya di Hyatt—yang menghadap ke taman yang rimbun, kolam teratai, dan aroma air laut yang asin—Hua Hin mengingatkan saya pada Thailand yang terbaik: anggun, ramah, dan tangguh.
Musim Refleksi
Kunjungan ini terjadi pada saat yang sangat menyedihkan bagi Thailand. Pada bulan Maret, gempa bumi berkekuatan 7.7 skala Richter di negara tetangga Myanmar menyebabkan getaran di sebagian besar wilayah, mengguncang gedung-gedung di Bangkok dan menimbulkan keresahan di seluruh kerajaan. Peristiwa ini menjadi pengingat yang jelas tentang seberapa cepat keseimbangan kehidupan sehari-hari dapat berubah.

Namun, seperti biasa, semangat Thailand tetap bertahan. Masyarakat bersatu. Pemerintah bertindak cepat. Dan di seluruh sektor pariwisata, protokol keselamatan baru dan pesan-pesan yang meyakinkan telah diterapkan. Hua Hin, dengan warisan kerajaan dan langkahnya yang tenang, terasa seperti tempat yang tepat untuk berhenti sejenak, merenung, dan mempertimbangkan tidak hanya apa yang telah hilang—tetapi juga apa yang mungkin masih bisa diperoleh kembali.
Mesin Ekonomi yang Berisiko
Pariwisata telah lama menjadi salah satu penggerak ekonomi Thailand yang paling kuat, menyumbang hampir 20% dari PDB dan mempekerjakan jutaan orang di pusat kota dan provinsi pedesaan. Sebelum pandemi, sektor ini menghasilkan lebih dari 3 triliun baht per tahun dalam pendapatan langsung dan tidak langsung. Dengan kedatangan wisatawan asing turun 1.75% tahun-ke-tahun pada pertengahan Mei, dan beberapa analis menyatakan bahwa kedatangan wisatawan tahunan mungkin hanya menyamai angka tahun lalu—kerugian ekonomi langsung, dibandingkan dengan pendapatan yang direncanakan, oleh karena itu sangat mengejutkan.
Pada tahun 2024, Thailand mengalami kebangkitan pesat di sektor pariwisatanya, menyambut sekitar 35.54 juta pengunjung internasional—peningkatan 26.3% dibandingkan dengan tahun 2023. Arus masuk ini menghasilkan pendapatan lebih dari 1.7 triliun baht (sekitar USD 51.81 miliar), yang menggarisbawahi peran penting sektor ini dalam pemulihan ekonomi negara tersebut.
Negara-negara sumber utama yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ini adalah Tiongkok (6.7 juta pengunjung), Malaysia (4.93 juta), dan India (2.12 juta). Inisiatif strategis pemerintah, seperti pembebasan visa bagi warga negara dari 93 negara, secara signifikan meningkatkan kenyamanan perjalanan dan mendorong lebih banyak pengunjung untuk memilih Thailand.
Di dalam negeri, penduduk Thailand melakukan sekitar 198.69 juta perjalanan, yang menyumbang tambahan 952.77 miliar baht bagi perekonomian. Secara kolektif, baik kegiatan pariwisata internasional maupun domestik pada tahun 2024 menghasilkan total pendapatan yang melebihi 2.75 triliun baht, yang menyoroti kontribusi substansial sektor ini terhadap lanskap ekonomi Thailand.
Ke depannya, Otoritas Pariwisata Thailand (TAT) telah menetapkan target ambisius untuk tahun 2025, yang bertujuan untuk menarik antara 36 hingga 39 juta pengunjung internasional dan menghasilkan pendapatan pariwisata hingga 2.23 triliun baht.
Namun bahaya sesungguhnya terletak pada erosi jangka panjang: bukan hanya pendapatan, tetapi juga daya saing global, kepercayaan investor, dan moral industri.
Inilah paradoksnya: meskipun kerugiannya mencapai triliunan, investasi yang dibutuhkan untuk mengubah dan meremajakan sektor ini bisa jadi relatif kecil jika dibandingkan. Infus pemerintah atau sektor swasta sebesar 100–200 miliar baht—sebagian kecil dari pendapatan pariwisata tahunan—bisa mendanai perubahan besar: dari digitalisasi dan pemasaran, hingga peningkatan keterampilan tenaga kerja dan penciptaan infrastruktur yang tangguh terhadap krisis.
Hal ini bukan sekadar menutupi kesenjangan tetapi memanfaatkan perlambatan untuk menata kembali masa depan pariwisata Thailand.
Lima Kemungkinan Arah untuk Babak Berikutnya Pariwisata Thailand
1. Diversifikasi Pasar Sumber di Luar Tiongkok dan Rusia
Ketergantungan yang berlebihan pada beberapa pasar utama membuat sektor ini rentan terhadap perubahan geopolitik dan ekonomi. Fokus yang lebih besar pada India, Timur Tengah, Eropa Timur, dan wisatawan dengan pengeluaran tinggi dari UE dan Amerika Utara dapat menyebarkan risiko dan meningkatkan pengeluaran rata-rata per perjalanan.
2. Mengembangkan Insentif Pariwisata Domestik Sepanjang Tahun
Mendukung wisatawan Thailand dengan insentif musiman dan kampanye pariwisata domestik dapat menstabilkan okupansi selama musim sepi dan musim sepi. Membuat program loyalitas atau potongan pajak untuk wisatawan lokal dapat sangat membantu.
3. Peningkatan Infrastruktur & Digitalisasi
Pengalaman perjalanan yang lancar—mulai dari e-visa hingga bandara pintar dan integrasi transportasi real-time—sangat penting. Investasi dalam layanan pengunjung bertenaga AI, konten multibahasa, dan transportasi umum yang efisien di area wisata dapat meningkatkan daya saing Thailand dalam waktu singkat.

4. Mempromosikan Pariwisata Berkelanjutan dan Berbasis Komunitas
Pelancong yang peduli lingkungan mencari makna, bukan sekadar kemewahan. Hua Hin dan kota-kota serupa dapat mempromosikan pengalaman autentik dan berdampak rendah—seperti penginapan keluarga, kerajinan lokal, dan wisata konservasi—sambil mendukung ekonomi pedesaan dan mengurangi kepadatan di tempat-tempat yang menjadi pusat keramaian.
5. Membentuk Dana Inovasi Pariwisata Nasional
Sebuah wahana investasi publik-swasta dapat mendukung UKM di sektor perhotelan dan perjalanan dengan hibah, pelatihan, dan pusat inovasi. Area fokus dapat mencakup teknologi ramah lingkungan, aksesibilitas bagi para manula dan penyandang disabilitas, serta perjalanan yang berorientasi pada kesehatan.
Mengapa Hua Hin Masih Penting
Di tengah lanskap global yang tidak menentu, Hua Hin terus menawarkan kejelasan yang langka—ketenangan tanpa kemandulan, tradisi tanpa embel-embel klise. Di Hua Hin, saya menikmati sore yang damai di tepi kolam laguna dan malam yang dipenuhi jazz dan angin laut. Saya menemukan kembali bukan hanya tujuan—tetapi juga arah.
Industri pariwisata Thailand telah kehilangan keseimbangan, ya—tetapi tidak hancur. Dengan pemikiran strategis dan investasi yang sederhana namun bermakna, industri ini dapat bangkit lebih kuat, lebih cerdas, dan lebih inklusif daripada sebelumnya. Dan kota-kota seperti Hua Hin, bintang-bintang yang tenang di konstelasi nasional, akan sangat penting dalam memandu perjalanan itu ke depan.