Pariwisata Sebagai Katalis Perdamaian di Dunia yang Terpecah Belah

Andrew J. Kayu

Andrew Wood, koresponden eTN, seorang profesional pariwisata yang terlibat dalam SKAL dan mantan GM hotel di Bangkok, Thailand, menanggapi permintaan dari World Tourism Network tentang subjek penting Perdamaian dan Pariwisata. eTurboNews akan mencakup spektrum kontribusi yang luas oleh para pemimpin dan visioner industri perjalanan dari seluruh dunia dengan penyuntingan terbatas. Semua kontribusi yang dipublikasikan akan menjadi dasar untuk diskusi berkelanjutan yang ingin kami lanjutkan hingga Tahun Baru.

Pariwisata merupakan kekuatan yang tidak terduga tetapi kuat untuk perdamaian dan kesejahteraan di era ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi. Saat jutaan wisatawan menjelajahi beragam budaya dan lanskap, mereka membangun jembatan pemahaman, toleransi, dan kerja sama – bahan utama untuk keharmonisan global.

Pariwisata Diplomat Diam: Menjembatani Negara

Angka-angka tersebut menceritakan kisah yang menarik. Menurut Pacific Asia Travel Association (PATA), Asia mencatat lebih dari 290 juta kedatangan internasional pada tahun 2023, dengan Thailand sebagai pelopor keberhasilan pariwisata. Negara ini menyambut lebih dari 40 juta pengunjung, menghasilkan pendapatan yang mengesankan sebesar 2.38 triliun baht (£54 miliar). Vitalitas ekonomi seperti itu memperkuat gagasan bahwa pariwisata tidak hanya menopang mata pencaharian; tetapi juga menciptakan peluang untuk kerja sama dan kemakmuran bersama.

Pariwisata sebagai Penggerak Ekonomi

Gloria guevara

Di kawasan seperti Asia Tenggara, tempat pariwisata menyumbang 12% PDB, dampak berantai industri ini meluas jauh melampaui pemesanan hotel dan kafe tepi pantai. “Setiap kedatangan wisatawan merupakan rangkaian aktivitas ekonomi yang menopang jutaan orang,” kata Gloria Guevara, mantan CEO World Travel & Tourism Council dan kandidat untuk memimpin PBB-Pariwisata mulai tahun 2026. “Dari pedagang kaki lima hingga resor mewah, pariwisata adalah penyelamat.”

Thailand, yang sering disebut sebagai "Negeri Senyum", adalah contohnya. Ledakan pariwisatanya telah mengurangi kemiskinan di daerah pedesaan, melestarikan warisan budaya, dan mengubah daerah konflik menjadi destinasi yang berkembang pesat. Krabi, yang dulunya dikenal dengan kerusuhannya, kini menjadi surga bagi para pelancong, yang menunjukkan bagaimana pariwisata dapat mengubah masyarakat.

Membangun Perdamaian Melalui Perjalanan

Tokoh berpengaruh di dunia turut menyuarakan pendapat mereka. Bintang Hollywood Angelina Jolie, yang dikenal karena kerja kemanusiaannya, menegaskan, “Perjalanan membuka mata dan hati. Saat kita memahami kisah satu sama lain, perdamaian menjadi mungkin.” Senada dengan itu, pengusaha miliarder Richard Branson menyoroti potensi pariwisata untuk meredakan ketegangan. “Bisnis dan pariwisata sering kali berjalan beriringan. Keduanya membutuhkan kepercayaan, kolaborasi, dan perbatasan yang terbuka,” ungkapnya.

Skal International, organisasi pariwisata global yang mengadvokasi praktik berkelanjutan, menyuarakan sentimen ini. “Kami percaya bahwa pariwisata adalah satu-satunya industri yang mampu menciptakan perdamaian sejati,” kata Skål International. “Melalui perjalanan, orang-orang menjadi duta niat baik, mendobrak batasan yang tidak dapat ditembus oleh pemerintah saja.”

Diplomasi Berbasis Data

Statistik mendukung gagasan bahwa pariwisata mendorong perdamaian. Penelitian oleh Institute for Economics and Peace mengungkapkan bahwa negara-negara yang sangat bergantung pada pariwisata, seperti Maladewa dan Kamboja, cenderung mendapat skor lebih tinggi pada Indeks Perdamaian Global. Sementara itu, laporan PATA menemukan bahwa untuk setiap peningkatan pariwisata sebesar 10%, kemungkinan terjadinya konflik regional berkurang sebesar 1.5%.

Asia, pasar pariwisata dengan pertumbuhan tercepat di dunia, berada di garis depan gerakan ini. UNWTO memperkirakan bahwa pada tahun 2030, lebih dari 500 juta wisatawan akan mengunjungi Asia setiap tahunnya, yang selanjutnya memperkuat peran kawasan tersebut sebagai pusat pertukaran lintas budaya dan pertumbuhan ekonomi. Jalan ke depan adalah mengubah perjalanan menjadi jembatan menuju perdamaian. Inilah cara pariwisata menyatukan dunia yang terpecah belah.

Ekonomi Harmoni dan Peran Pariwisata dalam Stabilitas Global

Kemampuan pariwisata untuk menumbuhkan perdamaian tidaklah otomatis; hal itu memerlukan kebijakan yang cermat dan praktik yang berkelanjutan. Pemerintah harus berinvestasi dalam infrastruktur yang mendukung aksesibilitas dan inklusivitas, memastikan bahwa semua pihak memperoleh manfaat dari pariwisata.

Seperti yang dikatakan dengan tepat oleh peraih Nobel Malala Yousafzai, "Ketika orang bepergian, mereka belajar. Dan ketika mereka belajar, mereka mengerti. Pemahaman adalah langkah pertama menuju perdamaian."

Di dunia yang terpecah-pecah, pariwisata merupakan bukti kapasitas manusia untuk terhubung dan bertahan. Baik itu pasar Bangkok yang ramai, kuil Bali, atau jalanan Tokyo yang ramai, setiap perjalanan berkontribusi pada masa depan yang lebih bersatu dan damai.

Berlangganan
Beritahu
tamu
0 komentar
Terbaru
sulung
Masukan Inline
Lihat semua komentar
0
Akan menyukai pikiran Anda, silakan komentar.x
Bagikan ke...