Sepuluh warga negara India tewas, sementara 33 lainnya terluka dalam serangan teroris terhadap bus yang mengangkut peziarah Hindu yang sedang dalam perjalanan kembali dari kuil Shiv Khori di Jammu dan Kashmir wilayah yang berbatasan dengan Pakistan.
Sopir bus kehilangan kendali atas kendaraannya di tengah ricuhnya baku tembak, menyebabkan bus terjun ke jurang yang curam.
Menurut Inspektur Senior Polisi di Reasi, penumpang yang terlibat dalam insiden tersebut berasal dari berbagai daerah di India dan identitasnya masih belum diketahui. Operasi penyelamatan berlangsung pada Minggu malam, dengan bantuan individu yang hadir di lokasi kejadian. Para jamaah yang terluka segera diangkut ke rumah sakit terdekat di pusat regional untuk mendapatkan perawatan medis segera.
Serangan teroris terjadi sama seperti Perdana Menteri India Narendra Modi dan 71 menteri mengambil sumpah jabatan mereka, dalam upacara di New Delhi. Setelah upacara berakhir, Perdana Menteri Modi, bersama dengan Presiden Droupadi Murmu, Menteri Dalam Negeri Amit Shah, dan para pemimpin partai politik penting, mengutuk keras serangan tersebut.
Menanggapi serangan tersebut, Letnan Gubernur Jammu dan Kashmir menyatakan bahwa perdana menteri menginstruksikan dia untuk terus mengawasi situasi dan memberikan bantuan yang diperlukan kepada keluarga yang terkena dampak.
Menurut sumber resmi, langkah-langkah keamanan telah ditingkatkan di wilayah tersebut. Badan Investigasi Nasional telah diberi tanggung jawab untuk menyelidiki serangan tersebut. Markas operasi gabungan telah didirikan di lokasi, yang terdiri dari polisi, tentara, dan Kepolisian Cadangan Pusat, untuk memulai misi menangkap para teroris.
Serangan terbaru ini mengingatkan kita akan kejadian serupa yang terjadi pada 10 Juli 2017. Dalam kejadian tersebut, sebuah bus yang membawa jamaah haji dari Gujarat menjadi sasaran tembakan hebat di Jammu dan Kashmir. Meski dalam situasi berbahaya, pengemudi berhasil menyelamatkan 52 penumpang, meski tujuh jamaah meninggal dunia dan 19 orang luka-luka.
Meskipun terdapat perbaikan secara keseluruhan dalam situasi keamanan di Jammu dan Kashmir, wilayah dengan populasi mayoritas Muslim yang telah menjadi titik pertikaian antara India dan Pakistan sejak berakhirnya pemerintahan kolonial Inggris pada tahun 1947, pemberantasan terorisme di wilayah tersebut tetap menjadi prioritas penting bagi New Delhi dalam beberapa tahun terakhir.
Pasukan militer dan keamanan India terus terlibat dalam operasi yang bertujuan mendeteksi dan mengusir teroris yang bersembunyi di kawasan hutan.